Beberapa hari lagi, kita akan mengakhiri tahun 2008 dan masyarakat kita pada umumnya akan mengisi malam tahun baru ini dengan berbagai macam cara. Ada yang membuat pesta bersama keluarga dan kolega, ada yang nonton film di bioskop, ada yang keliling-keliling kota, ada yang menyendiri di gunung atau di tepi laut, ada yang mengikuti party yang diselenggarakan hotel-hotel berbintang...dan masih banyak lagi.
Hmmm, salah satu yang kudu ada saat menyambut Tahun Baru ini selain makanan, musik, door price...yaitu TEROMPET. Kehadirannya akan menambah kemeriahan suasana, dan biasanya terompet akan ditiupkan secara serempak saat waktu telah menunjukkan pukul 24.00. Tepat pergantian tahun...sambil mengucapkan "SELAMAT TAHUN BARUUUUUU!!!!!"...TETTTT..TETTTT..TEEEOOTTTT...wuih, kebayang deh serunya :)
Aktor di balik TEROMPET Tahun Baru ini tak lain adalah PEDAGANG TEROMPET yang kebanyakan membuat sendiri terompetnya. Ada banyak macam model terompet yang dijual tergantung modal si pembuat. Sehingga gak heran kita akan mendapatkan harga per buah terompet yang bervariasi. Terompet yang dijual di supermarket atau mal memiliki kualitas dan disain yang bagus dan bervariasi, hal ini dapat dilihat dari bahan pembuat terompet seperti kertas pembungkus, karton, perekat, suara yang nyaring dan jernih dan lebih tahan lama. Yup, sudah pasti harga yang dipatok untuk sebuah terompet tersebut juga terbilang mahal.
Sedangkan terompet yang banyak ditemui disepanjang jalan harganya berkisar Rp 5.000,- per buah untuk model yang biasa (lurus) namun bila terompet yang memiliki banyak lekukan agak sedikit mahal...yup, wajar saja ya karena tingkat kesulitan saat membuatnya juga berbeda. Untuk terompet seharga ini kita dapat mendapatkan terompet yang dibungkus dengan aneka kertas kado maupun kertas minyak, hasil terompet terlihat rapi dan bersih. Yup, karena biasanya pedagang terompet akan membunyikan terompet dengan menggunakan alat yang dihubungkan ke ujung terompet. Hmm, sehingga pedagang gak kontak langsung dengan terompet...ah gak kebayang deh bila mulut pedagang tersebut meniup terompet yang bakal kita beli dan tiup tersebut. Nah, memang sih tidak semua pedagang terompet menggunakan alat itu. Maka sebaiknya sebelum sound test pembeli kudu menanyakan alat kecil itu...biar lebih hygienis gitu...^_^
Beda lagi dengan pedagang terompet yang menjual dagangannya di pasar. Wah, kualitasnya di bawah standar deh, walaupun para pedagang tersebut cukup kreatif untuk menyiasati modal yang pas-pasan. Karton yang digunakan berupa kertas bekas kalender yang agak tebal, dilapisi dengan plastik bekas kemasan biskuit yang agak lemes. Sayangnya perekat lapisannya tidak begitu kuat. Dengan harga Rp 2.000,- per buah terasa gak sebanding banget dengan kualitasnya. Sekali tiup dan berbunyi maka diikuti dengan lepasnya lapisan pembungkus terompet satu per satu. Nah, apakah ada jaminan dari segi kebersihan untuk terompet kelas ini????:(
Sayangnya banyak dari para pedagang terompet kali ini yang tidak merasa mendapatkan hasil "panen" seperti tahun-tahun sebelumnya. Para pedagang tersebut mengeluh dengan mahalnya bahan-bahan dasar untuk membuat terompet sehingga mereka terpaksa menyiasatinya dengan menggunakan bahan - bahan bekas. Dan harga yang dibandrol untuk satu terompet tidak terlalu mengambil untung yang banyak.
Namun hingga tinggal 2 hari lagi menjelang tahun baru dagangan mereka yang terbeli masih dapat dihitung dengan jari, itupun tidak jarang setelah terjadi tawar-menawar yang seru antara pembeli dan pedagang. Sehingga keuntungan yang diperolehpun semakin mepet. Belum lagi terompet yang rusak karena terkena guyuran air hujan yang mendadak turun..." Suara terompet ini sih nyaring mbak, tapi ya itu dagangan kami ini tidak senyaring suara terompet ini.." Terdengar lesu suara pedagang terompet ini, seperti hendak mengungkapkan kekesalan (protes)...tapi entah ditujukan untuk siapa?